Dia…
telah kehilangan jati dirinya sebagai muslimah
setelah sebelumnya berada di bawah kibaran bendera dakwah
memekikkan slogan anti kebodohan
berbusana santun, berjilbab besar
ternyata dia rapuh…..
betapa mudahnya jerat setan berkedok asmara menipunya
merengut hati, jiwa dan raganya tanpa merasa kehilangan
menjadi bejat, laknat dan maksiat
kemanakah nilai yang selama ini ditanamnya?
kemanakah moral yang dipupuknya di pesantren itu?
kemanakah etika tentang haramnya persentuhan lawan jenis itu?
Allah, mengapa dia gila!
Sekarang?
tubuhnya tercium wangi maksiat
bibirnya sudah bergores lilin merah merona
pipinya terselaput bubuk kuning dan rona-rona
bulu matanya disapu kuas dan cairan penebal
busananya semakin tidak karuan, seolah memanggil:
“look at me now”
Apakah dia pikir mempercantik fisik dapat mengobati busuk-busuk di tubuhnya yang sudah seperti sampah, sampai-sampai anjing pun malas mengendusnya!
Hanya mata yang buta yang bisa tertipu
ketika doa-doanya takkan pernah sampai ke langit
tanyalah, kenapa langit begitu pongah
Matilah kau dalam kehinaan!!
Takkan ada yang menyelamatkanmu, hanya kamu sendiri yang menentukan
Betapa aku jijik melihatmu:
mengapa kau begitu menikmati setiap jilatan api neraka di tubuhmu/
Then I said: f**k you
Jogja,17 Okt 2008
Mas fer,puisimu kok ‘ngeri’ gitu. Dia=she ya? Kok gambarnya perempuan berjilbab?
Eh,emang laki-laki ga ya?
Tapi itu kan puisimu ya..
dia siapa sih?
Nikmati aja, lah. Mana bisa saya jawab: dia adalah….
Apa perempuan seperti itu tidak berhak untuk mendapat bantuan uluran tangan agar bisa keluar dari ‘jurang’ tsb???
Haruskah ia mati dLm keadaan sprt itu tanpa ada satupun yang mencoba menolongnya???
Adilkah???
To Dhiey: Kalau berhak ya berhak, tapi soal menolong..wuih..bagaimana bisa orang “menolong” ketika yang ditolong tidak merasa butuh pertolongan dan malah “menikmati” kondisinya tersebut? Adilkah? Hmm..mbak, jangan gunakan emosi untuk memutuskan masalah. Bagaimana saya bisa kasihan kepada mereka yang berpaling? Padahal Allah saja tidak mengasihani mereka?
Wah, puisinya… no mercy !
Semoga sekarang puisinya udah terbalik…
hehe, 😀
respon: yes…no mercy. belum terbalik.
baguz bgt,
mank dia capa?
respon: dia…semoga tak ada didekatmu…:)
seorang sahabat akhwat berjilbab pernah bercerita kepada saya. dan dia punya kasus seperti yg ada di puisi itu. dari dalam lubuk hatinya, dia ingin ditolong… dan saya hanya bisa bilang, kalau cuma dia yg bisa membantu dirinya sendiri dengan bantuan Allah tentunya, karna kalau ada kemauan kuat dari dalam dirinya, pasti semua masalah bisa teratasi…
Respon: Pada suatu saat, yang paling menyakitkan adalah ketika dia memanfaatkan kelemahan orang-orang yang pengasih dan berhati bersih. Menghiba-iba dan selalu berjanji bertaubat. Sialnya, justru dengan cara begitu dia mencabik-cabik mereka mereka yang berhati baik, menjerembabkannya kedalam penyesalan seumur hidup. Dan kemudian dia melenggang seolah angin yang berlalu begitu saja, tanpa bekas. Untuk mereka yang sesama jenis, mungkin tak terlalu bermasalah. Tetapi untuk Anda yang berlainan jenis, Hati-hati…syahwat adalah incarannya…
ditujukan tu dia(siapa).no body it’s perfec…
respon: pada ‘dia’ yang
ok…tuch….
respon: thx
it’s serem, jadi merinding dch????